BBM merupakan salah satu kebutuhan semua rumah tangga yang nampaknya tidak bisa dihindari, tak terkecuali petani. Petani kecil yang kehidupannya sudah sangat morat-marit, semakin parah karena kenaikan BBM menjadi pemicu kenaikan harga-harga lain. Bahkan sebelum issue harga BBM naik menghembus, harga-harga kebutuhan pokok sudah melambung mendahului, dan ketika tiba-tiba pengumuman harga BBM naik terjadi kenaikan lagi.
Petani yang pendapatannya musiman, sementara kebutuhan pangan tidak bisa ditunda, membuat mereka memutar otak mencari pekerjaan lain. Coping mechanism katanya, walaupun tidak juga bisa menjanjikan selain sejumput harap agar anak isteri tetap bisa menyambung hidup. Pemerintah berdalih kenaikan ini untuk memberikan subsidi kepada rakyat kecil dengan istilah BLT. Pertanyaannya "Cukupkah uang Rp 100/bulan?Hari giniii ........" Tapi ini mungkin upaya pemerintah untuk merayu masyarakat kecil agar tidak berontak. Memang ada sementara orang bungkam dengan BLT, tapi tidak sedikit yang berteriak.
Rabu, 11 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
7 komentar:
Acc. Hanya bagaimana caranya menyadarkan pengambil keputusan, agar BBM tidak dinaikan, atau setidak-tidaknya kenaikannya tidak terlalu tinggi (cukup 10 %)
Sangat bagus tulisan Anda, tetapi sebaiknya disertakan data kuantitaifnya. Kesimpulanya marilah kita tidak memilih pemerintah yang sekarang atau turunkan saja pemerinath sekarang via perwakilan kita di DPR /MPR
Kalau menurut saya kita dukung gerakan mahasiswa saja lah! karena menurut beberapa pakar antara lain Kwik Kian Gie tidak perlu menaikkan BBM.Hitung-hitungannya kurang paham, tapi kelihatannya perlu dicoba. Sebenarnya yang paling menyedihkan karena minyak bumi kita sudah tergadai, bahkan kita sudah didepak dari OPEC. Bagaimana menurut Bapak
Saya juga rasa-rasanya 2009 memilih untuk tidak memilih, karena dia , mereka bukan manusia pilihan. Atau kita cari manusia pilihan, kira-kira kriterianya seperti apa?
ari bdi kenging ngiringan....?
BBM naik sudah jadi risiko bagi negara pengimpor minyak. Kita liat harga minyak mentah dunia sudah mencapai US$ 150 per barel. Kalo diitung dengan biaya produksi berarti tinggal nambah 10% trus tambah biaya distribusi rata2 5% trus tambah keuntungan agen or distributor rata2 5%. Jadi kalo ditung-itung harga minyak olahan (exp: premium n solar) rata-rata US$ 170 per barel equivalen dgn Rp. 1.564.000 per barel atau Rp.13.328 per liter (1 barrel = 117,35 liter.
Berarti beban pemerintah untuk subsidi BBM sbl naik kemaren cukup besar karena pada dasarnya APBN thn 2008 menggunakan ratio harga minyak mentah sebesar US$ 85/barrel. Di negara tetangga kita rata-rata harga BBM equivalen Rp. 14.000 per liter (Filipina, Singapura, Thailand, dll)
Permasalahan utama dari kenaikan BBM di hampir semua negara adalah pengaruh dari permainan kartel pengusaha minyak dunia dari Amerika, Inggris, Rusia, Italy, Jerman,Belanda - hampir semuanya milik orang Yahudi(mereka oligopolis yg dgn mudah mempermainkan supply dan harga) karena issue kelangkaan minyak yang kemudian dijadikan kesempatan untuk menaikkan harga dan menimbun cadangan minyak mentah.
Perkara nasib petani, itu jadi risiko hampir seluruh penduduk yg bekerja di sektor riil di negara manapun, terutama jika negara tsb hanya sedikit menghasilkan devisa.
So....ini adalah konsekuensi logis dari keterbukaan ekonomi yg mengarah pada efek negatif dari globalisasi....
Sakali deui...wilujeng pinter2 menyiasati pengeluaran,kumargi sanes patani wae nu kapangaruhan ku naekna BBM...
menurut saya BLT itu merupakan implementasi dari paradigme welfare state dalam memperbaiki keparahan kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Yang perlu diperbaiki adalah cara penyampaiannya melalui kantor pos yang menyuruh si miskin mengantri (seolah ingin menunjukkan jasanya membantu si miskan). Menurut saya penyaluran BLT bisa dijadikan sarana untuk mendidik mayarakat miskin melalaui paradigma monetisasi,.
Posting Komentar